Senin, 22 Maret 2010

Prinsip Kerja Mata dan Prinsip Kerja Kamera

Bagaimana Orang Bisa Melihat?

Ya karena punya mata dan bisa melek. Betul. Duluuuww sekali.. masyarakat Yunani kuno juga menjawab seperti itu. Pada waktu itu, sebagaimana teori emanasi yang dikemukakan Plato, orang beranggapan bahwa mata manusia merupakan sumber cahaya dan cahaya yang dipancarkan tersebut berfungsi seperti serabut peraba. Bila serabut peraba itu mengenai suatu benda, maka akan nampaklah benda itu dalam penglihatan manusia.

Namun, beberapa abad kemudian anggapan orang tersebut terpatahkan oleh pertanyaan Aristoteles: Bila mata manusia memiliki serabut peraba, mengapa manusia tidak dapat melihat suatu benda di tempat yang gelap? Berawal dari pertanyaan tersebut, muncul pemikiran baru bahwa manusia bisa melihat bukan hanya karena memiliki mata, namun juga karena adanya dukungan cahaya. Namun ternyata, pemikiran baru tersebut juga tidak sepenuhnya benar. Faktanya, ada banyak juga orang yang memiliki mata dan berada di tempat yang terang, namun tidak dapat melihat benda - benda di sekelilingnya.

Pada masa kini, para ahli berpendapat bahwa ada 3 syarat yang harus terpenuhi agar orang dapat melihat suatu benda, yaitu:

1. Cahaya yang dipancarkan oleh benda yang menjadi obyek penglihatan manusia itu harus dapat memasuki bolamata.
2. Sistem optis bolamata harus cukup kejernihannya dan mampu memfokuskan cahaya tepat pada retina
3. Sel-sel conus (Reseptor) retina harus mampu mengubah rangsangan cahaya menjadi impul syaraf dan meneruskanya ke otak untuk diolah menjadi sensasi penglihatan. Karena pada hakekatnya penglihatan itu terjadi bukan di bolamata, melainkan diotak.

Jadi, bukan mata yang memancarkan cahaya, namun benda lah yang memancarkan cahaya (menjadi sumber cahaya) sehingga dapat dilihat oleh manusia. Suatu benda disebut sebagai sumber cahaya primer jika cahaya yang dipancarkannya dibangkitkan oleh benda itu sendiri. Namun, jika cahaya yang dipancarkan oleh benda tersebut merupakan pantulan dari sumber cahaya lain, maka benda tersebut dianggap sebagai sumber cahaya sekunder. Bila benda yang menjadi obyek penglihatan manusia itu letaknya jauh dari bolamata, maka cahaya yang dipancarkannya dianggap datangnya sejajar. Sebaliknya, bila benda yang menjadi obyek penglihatan manusia itu letaknya dekat dengan bolamata, maka cahaya yang dipancarkannya dianggap datangnya menyebar.

Masuknya cahaya yang dipancarkan oleh suatu benda ke dalam bola mata manusia, akan memberikan kemungkinan manusia dapat melihat benda tersebut. Tapi, itu bukan jaminan. Lihat lagi ketiga persyaratan di atas.

System optis dalam bola mata terdiri dari empat komponen, yang bila diurutkan dari posisi terdepan yaitu : kornea, humor aqueus, lensa kristalin, dan vitreous humor. Keempat komponen itulah yang disebut sebagai media refrakta atau media pembias.

Kornea merupakan suatu jaringan yang transparan dan, pada kondisi normal, tidak berpembuluh darah. Ujung jari kita dapat menyentuhnya. Luas daerah kornea ini kira - kira sedikit lebih besar dari area lingkaran berwarna coklat (pada kebanyakan orang Asia, dan biru pada orang Eropa). Di area itulah lensa kontak menempel. Kornea mempunyai daya bias 36 s/d 50 dioptri.
Humor Aqueus merupakan cairan bening yang mengisi bilik mata depan (suatu ruang yang berada di antara kornea dan iris), dan bilik mata belakang (ruang yang berada diantara iris dan lensa kristalin).
Lensa kristalin, adalah jaringan yang bersifat sebagaimana kornea, transparan dan tak berpembuluh darah. Bentuknya kira - kira seperti kue apam, dan berdaya bias 19,11 s/d 33,06 dioptri.
Vitreous humor adalah jaringan seperti agar - agar bening yang mengisi sebagian besar bolamata. Bagian depan dibatasi oleh lensa kristalin, belakang oleh retina.


media refrakta
Cahaya yang dipancarkan oleh suatu benda, masuk ke bolamata dan dibiaskan oleh keempat komponen media refrakta tersebut hingga terfokus tepat di retina dan membentuk bayangan mini dan terbalik dari benda tersebut. Mirip seperti yang terjadi di dalam kamera pada saat digunakan untuk mengambil gambar.

ilustrasi penglihatan
Bayangan mini tersebut oleh sel - sel reseptor (terutama sel kerucut) di retina akan diubah menjadi impuls - impuls syaraf yang kemudian diteruskan ke otak oleh nervus opticus. Di otak, impuls - impuls tersebut selanjutnya diolah menjadi sensasi penglihatan. Saat itulah manuasia baru menyadari tentang wujud benda yang dilihatnya.

dikutip dari : http://mohamad-nurokhudin.blogspot.com/

Kamis, 22 Oktober 2009

Edible vaccine (Vaksin yang dapat dimakan)



Istilah vaksin sudah menjadi hal yang sudah tidak asing dalam pendengaran kita. Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau "liar". Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.). Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif (kanker). Vaksinasi telah menjadi tulang punggung kesehatan masyarakat sejak dulu. Apabila penyakit berjangkit, vaksinasi muncul dalam benak kita. Ia adalah suntikan kesehatan yang dianggap dokter (bahkan lembaga kesehatan negara) sangat penting sebagai pelindung dari serangan penyakit.
Tujuan Vaksinasi adalah meniru proses penularan penyakit alami dengan kaidah tiruan. Vaksin itu sendiri adalah suntikan yang mengandung berbagai jenis racun yang dimasukan kedalam tubuh. Jika anda menyangka vaksin dapat membasmi kuman atau bebas dari kuman, dugaan anda meleset.
Secara unum, vaksin dibedakan menjadi vaksin bakteri dan vaksin virus. Contoh vaksin bakteri adalah vaksin TT, vaksin DT, vaksin DTP, vaksin BCG Kering, vaksin Td, vaksin DTP-HB, dan sebagainya. Contoh vaksin virus adalah vaksin Polio, vaksin Campak, vaksin Hepatitis B, dan sebagainya.
Pernahkah anda mendengar adakah vaksin yang dapat dimakan? Jawabannya tentu ada. Vaksin diproduksi melalui fermentasi hasil bakteri atau dalam kultur sel hewan, yang seringkali menyebabkan biaya pembuatannya menjadi tinggi. Inilah yang mencegah penggunaan vaksin secara meluas, khususnya di negara sedang berkembang yang menghadapi permasalahan penyimpanan serta transportasi vaksin. Dengan begitu tercipta kebutuhan untuk menciptakan produksi dan sistem pengiriman vaksin alternatif, dan itu adalah vaksi yang dapat dimakan (edible vaksin). Antigen sejumlah patogen diperkenalkan dan diintegrasikan secara stabil ke dalam genom tanaman-tanaman pilihan, dan diekspresikan untuk menghasilkan antigen. Dengan begini bagian tumbuhan tertentu dapat dimakankan ke hewan atau manusia untuk keperluan imunisasi. Penelitian vaksin yang dapat dimakan saat ini diarahkan ke penyakit-penyakit yang diderita manusia, dengan penekanan khusus pada negara-negara yang sedang berkembang. Berikut ini adalah nama-nama penyakit yang sedang dibuatkan edible vaccine-nya:
• Penyakit yang disebabkan bakteri: diare.
• Penyakit yang disebabkan kuman virus: rinderpest, rabies, dan hepatitis.
• Penyakit epidemik akut: gastroenteritis.
(Pengarang:Varsney L.R.; Nair J.S.; Bhiwagade D.A. Ringkasan oleh:FredainG21)
http://id.wikipedia.org/wiki/Vaksin